Pasar tradisional mempunyai suasananya tersendiri yang khas.
Ramai riuhnya transaksi yang dilakukan langsung antara penjual dan pembeli tanpa adanya perantara, tawar-menawar harga, serta banyaknya pilihan yang disajikan membuat pasar tradisional terasa begitu segar, fresh dan merakyat.
Umumnya transaksi di pasar-pasar tradisional sudah di mulai sejak subuh hari sebelum matahari terbit. Bahan-bahan pokok yang akan diolah menjadi makanan sehari2, buah-buahan, sayur-sayuran, bumbu dapur, apa saja yang berhubungan dengan kebutuhan pokok dapat di temui di pasar tradisional.
Yang menarik adalah cara mereka (penjual) menjajakan dagangan mereka yaitu dengan mengaturnya sedemikian rupa secara lesehan (menghampar) dan berjejer sehingga barang yang di tawarkan tsb yang umumnya adalah sayur-sayuran dan buah-buahan memberikan kesan ramai yang harmoni karena kaya akan warna.
Sungguh menyegarkan mata
Dalam sketsa ini adalah salah satu sudut pasar tradisional yang terletak di jalan dago di kota bandung. Namanya; Pasar Tradisional Simpang dago karena terletak si seputaran simpang dago, daerah yang cukup di kenal di kota Bandung.
Transaksi disini sudah dimulai sejak pukul 03.00 pagi hingga berakhir pada jam 08.00 wib pada pagi itu juga.
Semua bahan pangan yang di jajakan di hamparkan secara lesehan di sepanjang pinggiran jalan.
Adapun sehari-harinya daerah ini di sebut 'Pasar Simpang' karena banyaknya pertokoan yang terdapat di kawasan ini yang terus beroperasi hingga malam. Toko-toko tersebut diantaranya menjual peralatan rumah tangga (kelontong), pakaian, kue/makanan, hingga parfum.
*View pengambilan sketsa ini yaitu di bagian pasar yang berada di Jalan Tubagus Ismail yang berpotongan dengan jalan dago (membentuk persimpangan). Jika bagian muka pasar tradisional simpang dago terletak di sepanjang jalan dago itu sendiri, maka ini adalah bagian sampingnya (jika tidak di sebut bagian belakang). Ini adalah bagian pasar yang terletak di Jalan Tubagus Ismail tempat di mana saya duduk membuat sketsa ini pada pukul 06.00 wib pagi tadi - di temani secangkir kopi dari kursi kios milik seorang Akang yang memiliki seorang istri dan seorang putri yang berada di sana menemani saya, berbincang-bincang sepanjang membuat sketsa.
Sayangnya tidak cukup banyak yang berhasil saya sket, juga tidak keseluruhan suasana pasar yang dapat terekam, namun beberapa elemen khas dari pasar tradisional yang muncul dalam sketsa ini semoga cukup mewakili 'kesan' pasar itu sendiri.
salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar